JAKARTA, INFOKALTENG - Industri micro drama atau drama mikro terus menunjukkan geliat luar biasa di Asia, dengan China memimpin sebagai pasar terbesar di dunia. Tahun 2025, pendapatan sektor ini di Negeri Tirai Bambu diperkirakan menembus USD 9,4 miliar atau sekitar Rp156 triliun, naik tajam dari USD 5,1 miliar pada tahun 2023.
Menurut laporan Media Partners Asia (MPA), lonjakan tersebut menandai era baru konsumsi hiburan digital berdurasi pendek yang kini menjadi gaya hidup masyarakat urban. Industri micro drama di China bahkan diproyeksi terus tumbuh hingga USD 16,2 miliar pada 2030, dengan pertumbuhan tahunan (CAGR) sekitar 11,5 persen.
Keberhasilan China menjadi raksasa micro drama tak lepas dari kombinasi antara teknologi streaming canggih, penetrasi media sosial, dan strategi produksi konten ultra-cepat. Format drama berdurasi 1–3 menit dengan cerita padat dan emosional ini terbukti menarik generasi muda yang lebih suka hiburan singkat dan instan.
Sementara itu, Jepang dan Korea Selatan juga mulai memperkuat posisi di sektor ini. Pendapatan micro drama Jepang pada 2025 diperkirakan mencapai USD 267 juta, sedangkan Korea Selatan sekitar USD 109 juta. Meski masih jauh di bawah China, keduanya diproyeksi tumbuh pesat dengan peningkatan di atas 35 persen per tahun hingga 2030.
Menariknya, Asia Tenggara kini menjadi kawasan baru yang mulai menorehkan potensi besar. Total pendapatan micro drama di kawasan ini pada 2025 diperkirakan mencapai USD 189 juta, dengan tren pertumbuhan signifikan seiring meningkatnya penetrasi internet dan kebiasaan menonton konten pendek di platform digital.
Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia muncul sebagai pasar paling potensial. Tahun 2025, pendapatan industri micro drama Tanah Air diproyeksi mencapai USD 66 juta, dan diperkirakan melonjak menjadi USD 311 juta pada 2030.
Dengan pertumbuhan rata-rata tahunan mencapai 36,3 persen (CAGR), Indonesia menjadi negara dengan laju pertumbuhan tercepat di kawasan. Lonjakan ini didorong oleh populasi digital muda yang besar, meningkatnya konsumsi video pendek, dan berkembangnya platform streaming lokal.
Pengamat media digital menilai, tren micro drama di Indonesia akan menjadi peluang emas bagi kreator konten, rumah produksi, dan investor industri hiburan. Format ini dianggap efisien secara biaya namun memiliki daya jangkau viral yang tinggi.
Jika ekosistem kreatifnya dikembangkan dengan baik, Indonesia bisa menjadi pusat produksi micro drama terbesar di Asia Tenggara dalam waktu lima tahun ke depan.
Dengan pasar yang terus berkembang, industri micro drama diperkirakan akan menjadi wajah baru ekonomi kreatif Asia, yang menggabungkan kekuatan cerita singkat, teknologi streaming, dan kebiasaan konsumsi konten cepat di era digital.
Copyright © 2020 Info Kalteng All rights reserved. | Redaksi | Pedoman Media Cyber | Disclimer